Senin, 02 Mei 2011

Nyasar Tangkuban


Minggu pertama di kota Bandung, Bingung juga mau ke mana. Di asrama bosan dengan rutinitas yang monoton dan kondisi kota yang dingin sehingga bawaannya ngantuk sepanjang hari. Akhirnya ada tawaran ke Tangkuban Parahu, maka berangkatlah kami ke tangkuban Parahu selepas dhuhur. Dengan menyewa angkot kami anggota Tim Batch 3 yang berjumlah 11 orang dikurangi M.Agil yang ada keperluan keluarga berangkat menuju daerah bandung utara. Bandung utara walaupun jalannya begitu mak nyus dengan lobang di mana-mana dan kondisi jalan yang sempit (Maklum, si aa’ sopir emang ahli jalan jadinya kami dilewatkan ke jalan-jalan tembus biar cepat sampai). Bandung utara memang begitu indah pemandangannya, rumah-rumah terhampar di atas dan bawah perbukitan dengan rapat, villa-villa pun tak kalah banyak dilengkapi panorama alam yang menakjubkan, deretan pegunungan yang terhampar di sepanjang mata memandang, kebun-kebun teh yang mendominasi areal perkebunan serta beberapa areal kebun sayur seperti kubis, dan beberapa area yang ditanami stroberi. Subhanallah, indahnya bandung utara.

Perjalanan ke Tangkuban ini memakan waktu sekitar 1,5 jam dengan medan yang  terkadang mulus tapi terkadang juga berbatu. Sepanjang jalan menuju lokasi berjejer pohon pinus dengan aroma belerang yang bersumber dari kawah. Dengan biaya sekitar 10.000-11.000 kami bisa masuk area kawah. Setibanya di kawah, team cewek makan nasi goreng yang sempat kami beli di daerah dago sedangkan team cowok berpencar.

Berbicara tangkuban perahu, pastinya ingatan kita akan flashback pada cerita dongeng mengenai sangkuriang dan ibunya dayang sumbi. Konon ceritanya, hiduplah seorang wanita bernama Dayang sumbi yang hidup bersama inang pembantunya, suatu ketika saat menenun, dayang sumbi kehilangan gulungan benang tenunnya. Kesana-kemari dicarinya benang tersebut tapi tak jua ditemuknnya. Hingga suatu ketika dia berujar bahwa siapapun yang menemukan benda tersebut, jika dia wanita akan dijadikan saudara namun jika dia lelaki akan dijadikan suami. Untung tak bisa dirain dan Malang tak bisa ditolak, ruapanya yang menemukan benda yang dicari dayang sumbi adalah seorang Anjing yang bermama Tumang. Sebenarnya Tumang adalah lelaki khayangan yang dikutuk menjadi anjing, karena telah bersumpah maka menikahlah Dayang sumbi dengan si Tumang hingga mereka mendapatkan putra yang diber nama Sangkuriang. Bersama Ibu dan seekor anjing  tumbuhlah sankuriang menjadi anak yang patuh dan tangkas dengan keahlian berburu. Suatu ketika dayang Sumbi meminta kepada sangkuriang untuk dicarikan hati rusa, maka disuruhnya sangkuriang berburu ditemani oleh si Tumang. Suatu saat sanguriang menemukan seekor rusa dan menyuruh si Tumang untuk membantunya, tapi si Tumang gagal mendapatkan buruan tersebut. Karena kesal akhirnya sangkuriang memanah si Tumang dan membawa hati Tuamang kepada sang ibu. Setelah Sang Ibu memakan makana hasil buruan tersebut, bertanyalah ia dimanakah si Tumang yang tak tampak sejak sangkuriang pulang berburu. Dan sangkuriangpun berkata bahwa makanan yang dimakan sang ibu adalah si Tumang yang dipanah oleh sangkuriang akibat tak patuh pada majikan. Mendengar hal tersebut Dayang Sumbipun Murka lalu memukul kepala Sangkuriang lalu mengusirnya. Sangkuriang yang heran dengan sikap sang ibupun pergi berkkelana. Tahun demi tahun berlalu, dayang sumbipun begitu rindu dengan sang putra yang tak kunjung kembali. Maka suatu malam dia bermimpi untuk mandi di sebuah telaga yang dapat membuatnya awet muda dan bisa bertemu dengan sangkuriang kembali. Maka, Pada suatu hari bertemulah Dayang Sumbi dengan Seorang pemuda tampan dan jatuh hatilah mereka dan berniatlah Sangkutiang untuk mempersunting Dayang Sumbi, Namun suatu hari saat Dayang sumbi memegang kepala Sangkuriang diamenemukan luka bekas pukulan. Karena curiga maka ia bertanya pada Sangkuriang. Dan sangkuriangpun menceritakan segala ikhwal yang terjadi padanya, tentang perlakuan sang ibu yang begitu membela seekor anjing dan tega mengusinya serta bekas pukulan yang ada  di kepalnya. Mendengar hal tersebut bukan main terkejutnya dayang sumbi lalu ia menceritakan pada sankuriang bahwa ia adalah Dayang Sumbi ibu sangukiang yang selama ini mencari anaknya dan bisa tetap muda karena mandi di suatu telaga. Tapi rupanya Sangkuriang tak percaya, maka untuk menggagalkan rencana sang putra dayang sumbipun minta dibuatkan perahu beserta telaga dalam waktu 1 malam. Karena kesaktiannya Sangkuriangpun menyanggupi permintaan dayang Sumbi dan mulailah dia membuat telaga dengan batuan pasukan jin yang dikerahkan dengan kesaktiannya. Karena khawatir usaha Sangkuriang berhasil, maka pada tengah malam dayang sumbi mengambil alu dan menumbuk padi, karenanya ayampun berkokok karena mengira hari telah pagi. Mendengar suara ayam para jin yang membantu sanguriang berlari dan sanguriangpun kecewa, akhirnya dia menendang perahu tersebut hingga telugkup dan menceburkan diri ke telaga yang hampir jadi tersebut. Kemudian perahu tadi berubah menjadi gunung yang menyerupai perahu terbalik dan disebutlah tangkuban perahu. Hingga saat ini di Area tangkuban Parahu terdapat kawah yang non aktif dan ada tampak masih aktif.

Walaupun aroma belerang begitu menyengat dari kedalaman kawah, namun keindahan kawah membuat lupa pada aroma belerang. Sembari jalan mengitari kawah dan berfoto kami mencoba mendaki pada bukit di sisi kawah. Yang unik saat ada seorang anak yang berprofesi sebagai guide menanyakan “namina teh?”karna Saya buta bahasa sunda ya saya jawab “maaf de, kakak nggak bisa bahasa sunda” tapi bukannya memberi penjelasan si adik terus saja bertanya, usut-punya usut berdasarkan hasil survey ternyata si adik tadi bertanya yang artinya “Nama kakak siapa?”. Ealah.....emang menguasai atau paling tidak bisa berbahasa daerah tertentu itu penting juga nyo! Kiban....

Setelah acara mendaki, foto dan belanja, rombongan  terlebih dahulu sholat di mushala kecil belakang pasar tradisional. Alhamdulullah bisa berjamabah walaupun kami berwudhu dengan es mencair... brrrrrrrr.......dingin euy!!!!

Pukul 4 sore kamipun pulang karna lama sewa mobil hanya sampai pukul 5 sore, sebelum mobil meluncur menuruni bukit kami semaptkan membeli stroberi yang rasanya aneh. Kami menyebutnya aneh karna stroberi ini tersa manis bukan asam....hehe....kreatif juga ya....
Perjalanan pulang kami isi dengan acara mendongeng seputar tangkuban parahu oleh ahli sejarah team Batch3 bnag Abu bakar dari Medan disambung ngomongin mayam dan lain sebagainya..... Magrib  alhamdulillah kami sampai di dago dengan selamat, selanjutnya kami pulang ke penginapan masing-masing. Alhamdulillah.....”Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah Yang Kamu Dusatakan?”

*merindukan bandung kembali*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar